Project novel (1) Riki.
Dara tau Riki tertarik padanya. Mungkin mulanya dari rapat panitia ospek bidang acara kala itu. Ada satu orang yang asing di mata Dara. Ia seperti baru melihatnya, sedangkan rapat ini sudah kali ketiga. Untuk menjawab rasa penasarannya,
"Eh nama lo siapa?" Tanya Dara. Yang ditanya pun menjawab dengan senyum dan suara pelan hampir tidak terdengar.
"Riki"
"Ooh, lo yang namanya Riki" Ucap Dara.
Dara tau, dia sempat melihat nama2 anggota bidangnya. Dara akui awalnya dia juga tertarik pada Riki. Riki tampan, kulitnya putih, kalem, tidak banyak bicara, lemah lembut dan cenderung tertutup. Selama menjadi panitia ospek itulah mereka dekat. Riki juga sering mengiriminya pesan. Dara pun menanggapi dengan sewajarnya.
Ketika hari keberangkatan menuju lokasi ospek yang berada di Lembang, semua panitia berkumpul di kampus.
"Ra, berangkat bareng siapa?" Tanya Riki menghampiri Dara.
"Belum tau nih" Jawab Dara.
"Hayu atuh bareng" Ajak Riki.
"Lo kosong?" Tanya Dara memastikan.
"Iya kosong, ada helm gak?" Tanya Riki lagi.
"Ada2" Jawab Dara.
"Oke, sebentar ya ambil motor dulu" Ucap Riki seraya berjalan ke parkiran mengambil motornya.
"Pegangan" Ucap Riki menarik tangan Dara dan melingkarkannya di pinggangnya. Dara sedikit tersentak dengan gerakan Riki yang tiba2 menarik tangannya. Dengan sopannya Dara menjawab.
"Ngapain pegangan, lu aja bawa motornya pelan" Posisi mereka sedang berada di lampu merah sekarang.
Riki baik, namun Dara rasa Riki terlalu kaku untuk berekspresi. Terlalu kentara kalau dia sedang mendekati Dara, padahal respon Dara ya seperti biasanya. Seperti sikap Dara ke teman laki2nya yang lain. Mungkin perbedaan latar belakang bahasa juga yang Dara rasa ia kurang cocok dengan Riki. Dara lahir dan besar di Jakarta, lo-gue saat berbicara kepada teman sebaya sudah bukan hal asing lagi. Diselingi sedikit ejekan dan hinaan juga tidak akan terbawa sakit hati. Namun bersama Riki, aku-kamu adalah bahasa yang selalu digunakannya saat berbicara dengan Dara. Di tambah ada beberapa kalimat berbahasa sunda yang membuat Dara sedikit kesulitan memahaminya. Bukan karna Dara tidak menyukai bahasa sunda, namun pembawaan Riki kaku dan terlalu lembut.
Sebenarnya ada satu hal juga yang membuat Dara kurang nyaman dengan Riki. Setelah pulang dari Lembang, Riki masih mengirimi Dara pesan seperti biasa. Namun Riki berkali kali meminta untuk mendatangi kos Dara. Disitulah Dara merasa risih.
"Emang mau ngapain di kosan gue?" Tanya Dara lewat pesan teks.
"Mau main aja" Balas Riki.
"Kalo mau main jangan di kos dong, kosan kan tempat privasi" Balas Dara lagi.
Bukannya Dara jual mahal. Masalahnya kos Dara adalah kos khusus perempuan. Tidak pantas saja jika nanti Dara dan Riki hanya berduaan, apalagi mereka baru kenal. Lagi pula jika memang Riki ingin mengajaknya main, kenapa tidak mengajak keluar saja? Kenapa harus di kos Dara? Sejak saat itulah Dara mulai membalas pesan Riki seadanya. Dara tidak bisa membohongi perasaannya, dia tidak nyaman dengan Riki. Merasa tidak sejalan. Mungkin Riki juga merasakan perubahan sikap Dara yang cuek. Seiring berjalannya waktu, Dara dan Riki pun lost contact, tapi memutuskan untuk tetap berteman. Walaupun setelahnya Riki sering membuang pandangan ketika bertemu Dara, namun lama kelamaan semua kembali seperti biasa.
Komentar
Posting Komentar